Seorang sahabat memperkenalkan kepada saya sebuah bacaan fikrah "TARBIYAH RUHIYAH" oleh DR. Abdullah Nashih Ulwan. Malangnya..saya belum berpeluang untuk mendapatkan buku tersebut..Jadi saya pun mencari-cari tentangnya di arena tanpa sempadan (internet) ini... alhamdulillah..kutemuinya...apa salahnya jika saya kongsikan di sini beberapa intipati buku tersebut...
DR. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang berjudul Tarbiyah Ruhiyah menyebutkan bahwa ada lima faktor penting dalam mencapai takwa.
1. Mu’ahadah
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat kepada Allah. Hendaknya setiap kita menyendiri dan mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat kepada Allah. Dengan mu’ahadah kita akan tetap istiqamah dalam melaksanakan syariat Allah
2. Muraqabah
Muraqabah adalah merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan keadaan, serta merasakan kebersamaannya dalam sepi maupun ramai. Dengan muraqabah kita akan ikhlas, karena setiap fi’il adalah untuk-Nya. Dengan muraqabah kita akan istiqamah. Tak terpengaruh oleh situasi dan kondisi.
3. Muhasabah
Makna muhasabah adalah hendaknya seorang muslim menghisab dirinya setelah melakukan sebuah amal. Apakan amal itu benar-benar semata untuk meraih ridha Allah ataukah tercampur dengan kepentingan pribadi, riya, ujub atau malah telah mengurangi hak-hak orang lain? Apakah amal yang kita lakukan sudah maksima? Atau dilaksanakan sekedarnya?Di samping itu muhasabah juga melakukan perhitungan diri antara amaliyah dan dosa. Apakan amaliyah yang kita lakukan sudah cukup menutup dosa? Lalu bagaimana dengan taubat kita? Dengan muhasabah kita akan terbebas dari penyakit hati.
4. Muaqabah
Muaqabah adalah pemberian denda. Sudah sepatutnya bagi kita jika kita telah melalaikan Allah, kita denda diri kita sebagai mana orang tua memberi hukuman kepada anaknya yang bersalah. Semoga dengan melakukan muaqabah kita menjadi jelik untuk berbuat dosa.
5. Mujahadah
Mujahadah adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanaan ibadah. Di sana ada makna memaksakan diri untuk berbuat yang terbaik, menyerahkan yang terbaik dan mengoptimumkan diri dalam beramal. Ibadah adalah tarbiyah. Dengan mengerahkan diri untuk beramal, itu ertinya kita membangkitkan potensi yang terpendam dalam diri kita. Maka integriti kita akan semakin meningkat.
Faktor-faktor yang menyuburkan ruhiyah
Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 iaitu kelompok yang berkaitan dengankepekaan jiwa dan kelompok amaliyah lahiriyah.
1. Yang termasuk kelompok yang berkaitan dengan kepekaan jiwa adalah:
a. Selalu merasakan muraqabah kepada Allah
Hendaklah kita selalu meyakini bahwa Allah selalu bersama kita dimanapun kita berada. Ia Maha Melihat, Maha Mendengar, juga Maha Mengetahui. Dan dalam muraqabah secara konsisten ini cukuplah kita mencontoh Umar ibn Khattab r.a. Disana ada seorang gembala yang muraqabah, seorang gadis yang muraqabah, juga seorang istri mujahid yang muraqabah.
b. Mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya
Apabila seorang mukmin senantiasa mengingat bahwa kematian pasti menjemputnya, lalu ia akan ditanya dalam kesendiriannya dalam kubur, tentu hatinya akan peka kepada perasaan takut kepada Allah, jiwa raganya akan tergerak untuk beramal shalih demi membawa bekal kepada hari yang dijanjikan. Karenanya maka dzikrul maut adalah sesuatu yang urgent untuk dilakukan.
Bahkan Rasulullah pun menegaskan bahwa mukmin yang paling bijak adalah mukmin yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya untuk menghadapinya.
c. Membayangkan hari Akhirat dan hal-hal yang berkaitan dengannya
Ketika kita membayangkan peristiwa-peristiwa yang di alami oleh ahli surga dan ahli neraka, kejadian dipadang mahsyar, dibaginya catatan amal perbuatan, perjalanan pada titian sepertujuh rambut, maka kita akan terlecut untuk beribadah dan bersungguh-sungguh mendekatkan dirinya pada Allah. Bahkan seluruh jiwaraga akan bangkit untuk melaksanakan amal shalih untuk hari akhir nanti agar kita termasuk orang-orang yang saling ridha kepada Allah.
Karena itu marilah kita bayangkan peristiwa-peristiwa itu:
- Di mana kita dibangkitkan dari kubur dalam keadaan ridak berpakaian dengan cemas yang mengabut cuaca
- Di mana mentari mengusap kepala dan peluh mengolam laut
- Di mana bumi menjadi saksi bicara dan kita tak mampu berharap
- Di mana kita melupa siapa di atas mizan, di depan kitab perbuatan dan pada titian jahanam
- Di mana jasad menghianati nafsu dan lisan
Marilah kita ingat pula tentang gelapnya jahanam, tentang dalamnya neraka, tentang bahan bakarnya adalah batu dan kita, tentang busuk baunya, tentang zaquum, juga tentang airmata darah ahli neraka yang memarit.
Tetapi jangan pula dilupakan bahwa Allah juga telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Nya yang shalih apa yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah terdetik di dalam hati manusia. Yakni diperkenankan untuk melihat Allah secara langsung sebagai nikmat yang terbesar.
2. Faktor-faktor Amaliyah Lahiriyah:
a. Tilawah Al-Qur’an dengan tadabbur
Bacaan yang disertai tadabbur yang khusyu’ mampu mempertajam pandangan yang sudah tumpul, pemusnah pandangan yang sempit dan ubat bagi hati yang sakit. Hendaknya kita menjadikan al-Qur’an sebagi sahabat yang tak pernah kita tinggalkan barang sehari. Karena dengan Al-Qur’an kita menjadi dekat dengan Allah. Ialah furqan yang membedakan haq dan batil. Biarkan Qur’an menyapa hati, ruh dan fikiran kita. Dengan menjadikan Qur’an sebagai rujukan kita tak akan tersesat dalam berjalan.
b. Hidup bersama dengan Rasulullah dan mencontoh sirahnya yang Agung
Beruntunglah kita sebagai umat Muhammad saw. Karena beliau adalah uswah hasanah, qudwah shalihah dan pedoman terbaik di dunia ini. Allah telah memilihkan bagi kita sosok tanpa cela untuk diikuti. Seorang raja yang juga rahib. Seorang bijaksana yang juga pemberani.
Sudah sepatutnya seorang da’i mencontoh Rasulullah dalam beragama dan keduniawian. Dalam ibadah, dalam kezuhudan, ketakwaan, kesabaran dan kelembutan, keteguhan prinsip, keberanian, kekuatan fisik, serta kehangatan cintanya.
c. Selalu menyertai orang-orang pilihan yang mereka yang berhati bersih dan mengenal Allah.
Seseorang itu bersama dengan orang yang dicintainya. Karena itulah kita patut untuk bergaul dan bersama dengan orang-orang yang shalih dan ikhlas. Kita memerlukan mereka karena mereka akan menjaga ketakwaan kita. Meliputi lingkungan kita dengan dzikir dan ketaatan. Saling menasehati dalam kebenaran, dalam kesabaran dan dalam kasih sayang. Hidup seorang mukmin dengan orang yang salih seperti hidup seekor ikan di dalam kolam.Sungguh indah ukhuwah dalam iman dan ketakwaan, percintaan dalam pengabdian, persaudaraan dalam jihad dan kebenaran, dan kasih-sayang dalam penghambaan.
d. Dzikir kepada Allah dalam setiap waktu dan kesempatan
Dzikir adalah mengingat Allah dalam semua kondisi. Dzikir terdiri atas dzikir hati, pikirian, lisan dan perbuatan. Dzikir perbuatan mencakup tilawah, ibadah dan menuntut ilmu. Berdzikirlah dengan sungguh-sungguh secara konsisten. Semoga kita naik ke ketinggian rohani, mendapat kehormatan dalam munajat, menjadi seorang yang khusyu’, dan tak pernah terjebak dalam maksiat kepadanya.
e. Menangis kepada Allah dalam waktu khalwat
Kala kita berkhalwat (qiamullail), membayangkan keberpalingan kita dan kemaksiatan yang kita lakukan, membayangkan akhirat dan bekal yang telah kita persiapkan untuknya, membandingkan kualiti ibadah kita dengan para salafus-shalih, maka semoga hati menjadi lembut, jiwa menjadi bergetar, dan tanpa terasa airmata jatuh di pipi. Tak hanya itu, hendaknya kita mampu menangis karena: takut riya dalam ibadah, takut ujub dalam kecukupan, takut nifaq dalam bergaul, dan takut sombong dalam berhias. Sungguh dosa-dosa itu tak pernah kita sadari menyelusup dengan halus ke dalam hati yang merasa aman dalam pengabdian kepada Allah.
Orang yang paling takut adalah orang yang paling mengenal dirinya dan Rabb-nya. Karena itulah Allah telah memberikan keistimewaan pada tangisan kita hari ini dengan tawa diakhirat kelak. Orang yang menangis berada dalam naungan pada hari tak ada naungan kecuali naungan Allah. Orang yang menangis, akan terbebas dari azab Allah. Orang yang menangis berada dalam ampunan dan maghfirah-Nya. Dan orang yang menangis berada dalam limpahan cinta dan kasih-Nya.
f. Bersungguh-sungguh membekali diri dengan Ibadah nafilah.
Ibadah nafilah merupakan saranan pembekalan diri seorang hamba apabila si hamba merasa kurang dengan kewajiban-kewajiban yang telah ia laksanakan. Semoga dengan ibadah nafilah kita diangkat ke tempat yang terpuji.Sebenarnya banyak sekali ibadah nafilah yang dapat dilaksanakan, beberapa yang terpenting di antaranya : Shalat Lail, Shalat Dhuha, Shalat Awwabin, Shaum Senin-Kamis, Shaumu-Daud, Shaum Yaumul-‘Arafah, Shadaqah Nafilah dll.
Pengaruh Tarbiyah Ruhiyah dalam Pembinaan, Perbaikan dan Pembaharuan Ummat
Apabila kita telah memancarkan rohani, berhubungan erat dengan Allah dan ketakwaan, maka tersingkaplah makna dan hakikat. Terbukalah rahsia-rahsia yang hanya dapat di tangkap oleh orang yang bijak dan takwa. Apabila jalan rohani telah kita daki. Dan darjat takwa telah kita raih. Cinta kasih-Nya telah meliput diri. Maka Cahaya Iman akan memancar dalam setiap desah nafas. Cahaya itu akan menyapa sekeliling bagai mentari. Jika cahaya itu menyirami hati yang kerontang, maka suburlah hati itu. Jika cahaya itu menyinari kegelapan batin, tentu teranglah ia.Maka jalan da’wah akan terasa mudah, perjuangan akan terasa ringan, dan pengorbanan menjadi suatu kejamakan. Kekuatan ruhani inilah yang nantinya menjadi senjata yang mematahkan tiang pancang kebatilan, menghancurleburkan kemaharajalelaan, dan proklamator kemenangan da’wah dan peradaban islam.Semoga kita mewujudkannya. Amin.
p/ss:>>semoga suatu hari nanti saya akan memperoleh buku ini..